akhlak terhadap allah dan rasul
Jikademikian, maka agama adalah perantara dalam membantu tugas manusia untuk merealisasikan tujuan mulianya. Sedangkan ruang lingkup agama islam ada 3 yaitu aqidah syariah dan akhlak (etika ). Dalam garis besarnya akhlak di bagi menjadi dua yaitu akhlak terhadap allah (khalik) yang kedua adalah akh;ak terhadap makhluk (semua ciptaan allah
عَنْأَبِي هُرَيْرَةَ (البخاري) akhlak sesama muslim menghubungkan silaturrahmi saling tolong-menolong membina ukhuwwah fastabiqul khairat bersikap adil memenuhi janji saling memberi salam saling maaf memaafkan menengok yang sakit melayat/ta’ziyah وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ
PENGARUHPEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA Komarudin1 dan Galih Akbar2 Program Studi Pendidikan Agama Islam STAI Al Aulia Bogor Email: Malaikat Allah, Kitab Allah, Nabi dan Rasul Allah, keyakinan kepada hari akhir atau hari kiamat, dan terakhir yaitu kepada Qada dan Qadar. Dan itu semua harus diyakini
Allah Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Kiamat serta Qadha‟ dan Qodar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap asl-asma’ al-husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan . 9. Departemen Agama RI. 2004. Pola Pembinaan Pendidikan Agama Islam
Berdasarkansifatnya, akhlak dapat di golongkan menjadi dua golongan yaitu akhlak yang baik dan akhlak yang buruk. Baik buruknya akhlak di dasarkan pada sumber nilain Islam yaitu Al-Qur'an dan Hadis atau sunnah Rasul. Agama Islam sangat menuntut umatnya untuk menjadi umat yang memiliki akhlak yang baik, akhlak yang baik bukan hanya mengenai
Premiere Rencontre Avec Un Homme Connu Sur Internet. Pengertian, macam dan contoh aqidah akhlak kepada Allah dan rasulullah yang harus kita ketahui dan amalkan, karena tanpa akhlak ini kita akan menjadi orang yang durhaka dan akan mendapatkan balasan siksa kelak di akhirat. Akhlak kepada Allah adalah hal utama yang harus menjadi perhatian kaum Muslimin, karena dengan Akhlak ini kita di kategorikan sebagai orang yang mempunyai akhlak mulia, seperti yang telah kami tuliskan dalam pembahasan akhlak mahmudah. Lalu apa sebenarnya pengertian dari akhlak kepada Allah, apa saja macamnya dan contoh penerapan akhlak yang benar kepada Allah, berikut uraiannya. Daftar IsiAkhlak Kepada AllahPengertian Akhlak Kepada AllahMacam Macam Akhlak Kepada AllahPerbuatan Anggota TubuhKeyakinan Hati ImanContoh Aqidah Akhlak Kepada AllahAqidah Yang Lurus dan Tidak Menyekutukan AllahMelaksanakan Sholat dan Ibadah Lainnya Yang WajibIkhlas Melaksanakan Ibadah Karena AllahRidho Dengan Semua Ketentuan AllahMeyakini Dengan Hati Atas Semua Yang Allah KabarkanKesimpulanAkhlak Kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wassalam Kita mungkin hanya berfikir bahwa akhlak hanya sebatas hubungan baik antara kita dengan manusia atau makhluk saja, tapi nyatanya dalam islam lebih dari itu. Dan ternyata akhlak kepada Allah Subhanahu wataala SWT adalah akhlak yang pertama kali harus kita pelajari dan di amalkan. Karena akhlak kepada manusia atau makhluk sebatas hubungan kita dengan makhluk, yang jika kita tidak berakhlak mulia, maka akan berdosa kepada makhluk saja. Tapi kalau tidak berakhlak kepada Allah maka hubungannya adalah dengan zat yang menciptakan kita, zat yang memberikan kita rezeki dan zat yang mengatur semua yang ada di alam ini. Dan yang lebih fatal, tidak berakhlak kepada Allah berpotensi membuat kita murtad dan keluar dari Islam atau kafir, kok bisa?, di bawah akan kami jelaskan penyebabnya. Pengertian Akhlak Kepada Allah Akhlak kepada Allah adalah kita melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi larangannya seperti yang terdapat di dalam Al Quran dan sunnah. Jika kita di perintah oleh atasan kita, maka sebagai orang yang berakhlak terpuji akan melaksanakan perintah tersebut, selama perintah tersebut mampu kita laksanakan dan tidak bertentangan dengan hukum syariat. Dan jika kita tidak melaksanakan perintah tersebut karena kemalasan, maka kita di hukumi sebagai orang yang tidak berakhlak dan mendapatkan dosa karena menolak perintah atasan. Lalu bagaimana dengan berbagai macam perintah dan larangan dari Allah, dan kita enggan untuk menaatinya, tentu kita akan de kategori kan sebagai orang yang berdosa. Dan dosa yang kita lakukan akan mendapatkan balasan sesuai kadar dari dosa tersebut, lalu bagaimana kalau dosanya kesyirikan, maka tentu akan kekal di neraka. Oleh sebab itu penting bagi kita untuk mengetahui macam macam adab kepada Allah. Macam Macam Akhlak Kepada Allah Seperti yang kami tuliskan di atas bahwa akhlak kita kepada Allah adalah berupa ketaatan dengan melakukan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya. Dan macam-macam akhlak kepada Allah ada dua jenis yaitu Akhlak berupa perbuatan anggota tubuh dan akhlak berupa keyakinan hati keimanan. Perbuatan Anggota Tubuh Apa apa yang di perintahkan oleh Allah berupa ibadah badan, seperti sholat, berdoa dan lain lain, juga perintah untuk meninggalkan semua yang di larang-Nya seperti mencuri, memakan apa yang diharamkan-Nya dan lain lain. Termasuk di dalamnya adalah ucapan, karena ucapan bisa bernilai ibadah bisa juga bernilai maksiat atau dosa dan kekufuran. Setiap perintah yang Allah wajibkan kepada manusia berupa ibadah dan kita melaksanakannya maka kita termasuk orang yang dikatakan berakhlak kepada Allah. Keyakinan Hati Iman Sebagaimana nama nama Allah yang baik atau asmaul husna, bahwa Allah maha mengetahui dan maha melihat, maka pengetahuan dan penglihatan Allah meliputi hati hati manusia. Allah akan mengetahui penghianatan hati dan juga keikhlasan hati setiap insan Manusia, maka kita perlu untuk menjaga akhlak kepada Allah dengan menata hati kita agar senantiasa ingat dan ikhlas kepada-Nya. Contoh Aqidah Akhlak Kepada Allah Untuk contoh akan kami tuliskan berdasarkan yang paling penting yang akan menjawab pertanyaan pertama, kenapa bisa tidak berakhlak kepada Allah menyebabkan keluarnya seseorang dari keislaman atau murtad. Aqidah Yang Lurus dan Tidak Menyekutukan Allah Tidak menyekutukan Allah kaitannya dengan aqidah tauhid, rinciannya adalah Meyakini bahwa tidak ada yang patut kita sembah dan ibadahi kecuali ibadah dan sesembahan kepada Allah, yang di kenal dengan tauhid Uluhiyah. Meyakini bahwa hanya Allah sajalah yang menciptakan dunia ini, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan atau di kenal dengan tauhid rububiyah. Meyakini dan mengimani akan nama dan sifat Allah sesuai dengan yang di kabarkan-Nya dalam Al Quran maupun hadits sahih, yang di kenal dengan tauhid asma wa sifat. Inilah akhlak utama kepada Allah, yang wajib di lakukan oleh semua Manusia, tanpa akhlak ini maka siapapun orangnya akan masuk ke dalam neraka kekal selama-lamanya. Dan ini pula yang menyebabkan orang kafir akan kekal di neraka, walaupun memiliki akhlak mahmudah kepada manusia, karena pada hakikatnya dia tidak mempunyai aqidah akhlak di hadapan Allah. Begitupun dengan orang yang mengaku Muslim, jika dia sujud kepada selain Allah, menyembelih kepada selain Allah, maka orang seperti ini aqidah dan akhlaknya rusak dan di hukumi sebagai orang yang murtad. Melaksanakan Sholat dan Ibadah Lainnya Yang Wajib Sholat wajib adalah perkara penting yang harus dilakukan oleh seorang muslim, setelah kita memiliki tauhid yang lurus dengan tidak menyekutukan-Nya. Dan Ulama juga sudah merinci bagaimana hukum orang islam yang tidak melaksanakan sholat wajib, jika ia membangkang dengan mengatakan tidak wajib maka ia telah kafir setelah beriman. Kalau ia tidak melaksanakan sholat wajib karena malas, maka ia melakukan dosa besar dan rentan terperosok kepada kekafiran. maka salah satu akhlak dan adab kepada Allah adalah dengan melaksanakan sholat wajib tepat waktu berjamaah di masjid bagi laki-laki. Begitu juga dengan ibadah lainnya, seperti puasa, zakat, ibadah haji, intinya kita melaksanakan semua perintah ibadah yang telah di wajibkan menurut syariat. Ikhlas Melaksanakan Ibadah Karena Allah Mungkin pembahasan ini juga terkait dengan contoh melaksanakan ibadah yang Allah wajibkan, tapi sebenarnya sedikit berbeda dan ini juga merupakan salah satu akhlak dan adab kepada Allah yang penting untuk di jelaskan. Setelah kita melaksanakan semua kewajiban ibadah, maka kita tidak hanya berhenti disana, tapi ada hal penting yang sering di lakukan dan ini berakibat fatal, yaitu niat tidak ikhlas kepada Allah. Memang benar manusia tabiatnya adalah suka dengan pujian, tapi Syariat memandu kita untuk tidak menempatkan pujian pada tempat yang salah. Tatkala kita melakukan ibadah, sholat 5 waktu misalnya, maka hati kita selalu dibisiki oleh syetan agar kita mendapatkan pujian dari manusia, dengan harapan kita disebut sebagai orang sholeh. Hal ini sudah melenceng dari tujuan ibadah itu sendiri, yaitu niat ikhlas karena Allah, dan inilah yang di sebut dengan riya, yang akan menggugurkan amalan yang kita lakukan. Ridho Dengan Semua Ketentuan Allah Hal ini berkaitan dengan ibadah hati, karena ridho tidaknya kita terhadap keputusan Allah pertama akan di terima atau di tolak dengan hati kita, lalu anggota tubuh akan bereaksai sesuai dengan keadaan hati kita tersebut. Dan juga ini adalah masalah yang berkaitan dengan qadha dan qodar, sehingga salah satu ciri akhlak kita kepada Allah adalah dengan ridho atau menerima semua yang sudah menjadi ketentuannya, baik itu kita senangi atau kita benci. Misal tatkala kita ingin mendapatkan wanita yang cantik dan shalihah, dan kita sudah melakukan berbagai upaya untuk menikahinya, tapi karena Allah menakdirkan wanita tersebut bukan jodoh kita, maka kita harus berlapang dada melupakannya dan mencari wanita lain. Misal kita tertimpa musibah berupa banjir, maka kita istighfar dan menerima dengan lapang atas apa yang terjadi, karena hakikatnya banjir yang terjadi adalah atas kehendak Allah. Meyakini Dengan Hati Atas Semua Yang Allah Kabarkan Banyak yang Allah jelaskan terkait apa apa yang tidak kita ketahui, seperti adanya malaikat, adanya jin, hari kiamat dan akhirat, surga dan neraka dan juga cerita bagaimana keadaan manusia kelak di surga atau di neraka. Secara akal, mungkin kita tidak bisa sampai kepada hal tersebut, karena semua memang di luar logika, tapi semua hal yang Allah kabarkan melalui Al Quran dan hadits Nabi, harus kita meyakininya tanpa keraguan. Jika kita ragu satu saja ayat Al Quran maka kita termasuk orang yang tidak mempunyai akhlak kepada sang khalik, sehingga kita di katakan sebagai orang kafir munafik yang akan kekal di neraka. Kesimpulan Akhak kepada Allah adalah hal yang paling penting yang harus kita lakukan pertama kali, karena ini ada kaitannya dengan aqidah kita sebagai Muslim. Semua yang kita lakukan, berupa ibadah atau pun bagusnya akhlak kita di hadapan manusia tidak akan bernilai di sisi-Nya. Inti aqidah akhlak kepada Allah adalah ketaatan kita terhadap apa yang di perintahkan dan di larang oleh-Nya berdasarkan dalil dari Al Quran dan Sunnah Dan ketaatan ini meliputi ketaatan dengan anggota tubuh dan ketaatan dengan hati berupa Aqidah. Contoh ketaatan dengan anggota tubuh adalah, puasa, ibadah haji, zakat, menolong orang, berkata baik, membaca Al Quran dll. Contoh ketaatan dengan hati atau aqidah keimanan adalah, meyakini adanya Allah, meyakini Allah adalah satu satunya yang mampu menghidupkan dan mematikan, yang memberi rezeki, meyakini semua yang terjadi di atas alam ini adalah atas izin Allah dll. Wallahu a’lam. Akhlak Kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wassalam Beberapa Akhlak kepada Rasulullah sallallahu alaihi wassalam yang harus kita lakukan adalah Mengakui bahwa Beliau sallallahu alaihi wassalam adalah utusan Allah. Mengamalkan apa yang di perintahkan dan menjauhi yang di larang nya, karena hakikatnya ini adalah perintah dan larangan dari Allah Azza wa jalla. Meyakini kebenaran apa apa yang di kabarkan nya, terkait kejadian yang telah berlalu maupun yang belum terjadi di masa mendatang. Hanya melakukan ibadah seperti yang di contohkan oleh Beliau sallallahu alaihi wassalam. Tidak melakukan Bid’ah atau mengadakan suatu ibadah yang tidak dicontohkan oleh Nabi sallallahu alaihi wassalam. Mencintai dan mengamalkan Sunnahnya. Demikian bahasan kaliini tentang akhlak kepada Allah dan kepada Rasulullah sallallahu alaihi wassalam, semoga bermanfaat. Wallau a’lam. Baca Juga Hadits Tentang Akhlak
Buletin At-Tauhid edisi 41 Tahun XI Suatu hari, ibunda Aisyah radhiyallahu’anha bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Wahai Rasulullah! Ibnu Jud’an, dahulu di zaman jahiliyah, adalah seorang yang senantiasa menyambung tali silaturahim dan memberi makan orang miskin, apakah itu semua bermanfaat baginya kelak di akhirat? Nabi shallallahualaihi wasallam menjawab, “Hal itu tidak bermanfaat baginya karena dia tidak pernah sedikit pun mengucapkan, “Wahai Rabb-ku, ampunilah dosa-dosaku di hari kiamat kelak.” HR Muslim. Hadits ini menceritakan tentang Ibnu Jud’an, yaitu seseorang dari kaum jahiliyah yang terkenal suka membantu orang yang lemah dan suka menyambung silaturrahim. Namun Rasulullah mengabarkan bahwa kebaikannya kepada manusia itu tidak akan bermafaat bagi dirinya kelak di hari akhir. Hal tersebut karena ia belum mengatakan “Wahai Rabb-ku, ampunilah dosa-dosaku di hari kiamat kelak”. Maksudnya ia belum beriman kepada Allah dan juga hari kebangkitan yang ia akan dihisab dan diberi pembalasan atas apa yang telah dilakukannya. Dan orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan maka ia tergolong sebagai orang kafir. Dan orang kafir tidak akan Allah terima amalannya. Adapun orang kafir yang luhur akhlaknya di dunia, Allah memberikan balasan atas amal baiknya hanya di dunia saja, yaitu berupa kesehatan, harta yang melimpah dan keturunan yang banyak. Adapun di akhirat ia akan mendapatkan balasan dan kedudukan yang sama dengan orang-orang kafir lainnya. Hakikat akhlak mulia Lalu sebenarnya apakah akhlak itu? Bagaiamana bisa semua kebaikan yang dia lakukan kepada sesama manusia tidak memiliki arti dan tidak bermanfaat sama sekali baginya di hari kiamat kelak? Padahal Rasulullah shallallahualaihi wasallam bersabda “Kebajikan itu keluhuran akhlak” HR. Muslim. Untuk menjawab hal tersebut, marilah kita lihat perkataan Ibnu Rajab Al Hanbali mengenai hadits di atas “Diantara makna al birr kebajikan adalah mengerjakan seluruh ketaatan, baik secara lahir maupun batin. Makna seperti ini tertuang dalam firman Allah Ta’ala artinya “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta; dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” QS. Al Baqarah 177. Dari penjelasan Ibnu Rajab di atas, dengan dalil ayat 177 surat Al Baqarah, kita dapat pahami bahwa kebaikan yang paling utama yaitu menjalankan apa yang Allah perintahkan kepada kita dalam wahyu yang diturunkan-Nya melalui Nabi-Nya shallallahu’alaihi wa sallam. Barulah setelah itu kita menjalankan akhlak kepada sesama makhluk. Oleh karena itu, akhlak kepada Allah Ta’ala berupa ketaatan adalah dasar dari diterimanya segala amalan baik kepada sesama makhluk di dunia, seperti memberi harta yang dicintai kepada kerabat, anak, istri, anak-anak yatim, orang miskin, dan musafir, serta kebaikan-kebaikan lainnya yang disebutkan dalam ayat tadi. Jika sesuatu yang menjadi dasarnya tidak dipenuhi, maka bagaimana cabang-cabangnya bisa terpenuhi dengan sempurna? Yang menjadi dasar adalah keimanan. Jika dasarnya tersebut sudah ada, maka amalan kebaikan yang kita lakukan dapat bermanfaat dan berbuah pahala. Sebagaimana seseorang yang masuk kuliah. Jika status sebagai mahasiswa saja tidak dimiliki karena tidak ikut seleksi untuk menjadi mahasiswa, bagaimana ia bisa mendapat nilai dan ijazah kuliahnya tersebut? Marilah bersama-sama kita renungkan! Karena sesunguhnya kesempurnaan akhlak mulia adalah beradab kepada Allah Ta’ala, Rabb semesta alam. Yaitu dengan mengetahui hak Rabb-nya dan bersegera memenuhi hak Rabb-nya dari perkara yang diwajibkan atasnya serta dari sunnah yang dimudahkan atasnya. Sehingga seorang hamba dapat mencapai derajat yang tinggi di hadapan Allah Ta’ala. Berakhlak mulia kepada Rasulullah Konsekuensi dari pentingnya adab kita kepada Allah yaitu berupa ketaatan kepada-Nya adalah kita juga mentaati Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sebagaimana firman Allah dalam ayat-Nya yang mulia artinya “Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling dari ketaatan itu, maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka” QS. An Nisa 80. Oleh karena itu, mentaati Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga merupakan bentuk ketaatan kita kepada Allah Ta’ala. Sedangkan jika seseorang berpaling, maka tidak ada satupun yang dirugikan kecuali dirinya sendiri. Dan ketaatan kepada Rasul juga termasuk salah satu adab kita sebagai umatnya kepada Rasulullah, sebagaimana banyak disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya artinya “Taatilah Allah, dan taatilah Rasul” QS. An Nisa 59. Diantara perkara lain yang merupakan bentuk akhlak kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam yaitu mencintainya melebihi seluruh makhluk. Sebagaimana hadits dari Anas Radhiyallahu’anhu, beliau berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Tidak akan sempurna keimanan seseorang sampai aku menjadi orang yang lebih ia cintai dari anaknya, orang tuanya, dan semua manusa” HR. Bukhari dan Muslim. Ibnu Taimiyah menjelaskan adapun sebab kita harus lebih mencintai dan mengagungkan beliau shallallahu alaihi wa sallam dibanding siapapun, adalah karena kebaikan yang paling agung yang bisa kita rasakan di dunia saat ini maupun di akhirat nanti tidak akan bisa tergapai oleh kita kecuali dengan sebab Nabi, yaitu dengan cara mengimani dan mengikutinya. Dan juga seseorang tidak terhindar dari adzab dan tidak juga bisa mendapatkan rahmat Allah kecuali dengan perantara beliau dengan cara mengimaninya, mencintainya, membelanya, dan mengikutinya. Dan beliaulah yang menjadi sebab Allah menyelamatkan kita dari adzab dunia dan akhirat. Dan beliaulah yang menjadi perantara untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Maka termasuk nikmat yang paling besar dan paling bermanfaat adalah nikmat keimanan. Dan nikmat tersebut tidak akan bisa kita peroleh kecuali melalui perantara beliau. Oleh karena itu, diutusnya nabi lebih bermanfaat dibanding diri kita sendiri dan harta kita. Maka siapapun yang Allah keluarkan dari kegelapan menuju cahaya yang terang-benderang, tidak ada jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah selain melalui jalan yang beliau ajarkan. Adapun diri seseorang dan keluarganya, tidak memiliki kuasa apapun untuk menyelamatkan diri jika tanpa sebab beliau shallallahu alaihi wa sallam di hadapan Allah Ta’ala Majmu’ Fatawa. Dari pemaparan di atas, kita bisa menarik kesimpulan 1 bahwa Iman adalah syarat diterimanya amal shalih dan kebermanfaatan amal shalih tadi bagi kita di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah Ta’ala artinya “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan“ QS. An Nahl 97. 2 Orang yang musyrik, bagaimana pun amalan baiknya ketika di dunia, tidak akan membuat dia mendapat ampunan di hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman artinya “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan Tuhan, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi” QS. Az Zumar 65. 3 dan juga amalannya itu tidak menambah berat amalan baiknya di hari kiamat, hanya akan mendapatkan balasan di dunia, namun tidak di akhirat, 4 bahwa orang yang tidak megimani hari kebangkitan adalah orang yang kafir, karena ia tidak mengimani salah satu dari rukun iman, yang semua umat islam diwajibkan utuk mengimaninya, dan ia juga tidak akan mendapatkan ampunan di hari kiamat kecuali jika ia telah bertaubat ketika masih hidup di dunia. 5 adapun taat kepada Rasul, termasuk bentuk ketaatan kepada Allah. Dengan demikian, juga merupakan salah satu akhlak yang luhur kepada Allah juga Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam, 6 Begitu juga dengan mencintai Nabi shallallahu’alaihi wa sallam , adalah bentuk berakhlak mulia kepada Rasul dan bukti kesempurnaan Iman seseorang. Demikian dari kami, semoga Kita tergolong orang yang paling berakhlak, baik kepada Allah dan Rasul-Nya, maupun kepada sesama makhluk Allah, dan kita tergolong orang yang mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Aamiin Penulis Parangeni Muhammad Lubis Alumni Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta Murojaah Ust. Abu Salman, BIS
Al-Qur’an mengakui secara tegas bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki akhlak yang sangat agung. Bahkan dapat dikatakan bahwa pertimbangan konsideran pengangkatan beliau sebagai Nabi adalah keluhuran budi pekertinya. Hal ini dipahami dari wahyu ketiga yang antara lain menyatakan bahwa وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ "Sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas akhlak yang agung." QS Al-Qalam [68] 4. Kata "di atas" menurut ulama ahli tafsir Muhammad Quraish Shihab 2000 mempunyai makna yang sangat dalam, melebihi kata lain, misalnya, pada tahap atau dalam keadaan akhlak mulia. Al-Qur’an surat Al-An'am ayat 90 menyebutkan dalam rangkaian ayat-ayatnya 18 nama Nabi/Rasul. Setelah kedelapan belas nama disebut, Allah berpesan kepada Nabi Muhammad SAW "Mereka itulah yang telah memperoleh petunjuk dari Allah, maka hendaknya kamu meneladani petunjuk yang mereka peroleh." أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۖ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ ۗ قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا ۖ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْعَالَمِينَ “Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan Al-Quran". Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat.” QS Al-An’am 90 Ulama-ulama tafsir menyatakan bahwa Nabi Saw. Pasti memperhatikan benar pesan ini. Hal itu terbukti antara lain, ketika salah seorang pengikutnya mengecam kebijaksanaan beliau saat membagi harta rampasan perang, beliau menahan amarahnya dan menyabarkan diri dengan berkata "Semoga Allah merahmati Musa as. Dia telah diganggu melebihi gangguan yang kualami ini, dan dia bersabar maka aku lebih wajar bersabar daripada Musa as.." Karena itu pula sebagian ulama tafsir menyimpulkan, bahwa pastilah Nabi Muhammad SAW telah meneladani sifat-sifat terpuji para nabi sebelum beliau. Nabi Nuh dikenal sebagai seorang yang gigih dan tabah dalam berdakwah. Nabi Ibrahim dikenal sebagai seorang yang amat pemurah serta amat tekun bermujahadah mendekatkan diri kepada Allah. Nabi Daud dikenal sebagai nabi yang amat menonjolkan rasa syukur serta penghargaannya terhadap nikmat Allah. Nabi Zakaria Yahya dan Isa adalah nabi-nabi yang berupaya menghindari kenikmatan dunia demi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nabi Yusuf terkenal gagah, dan amat bersyukur dalam nikmat dan bersabar menahan cobaan. Nabi Yunus a. s. Diketahui sebagai nabi yang amat khusyuk ketika berdoa, Nabi Musa terbukti sebagai nabi yang berani dan memiliki ketegasan, Nabi Harun sebaliknya, adalah nabi yang penuh dengan kelemahlembutan. Demikian seterusnya, dan Nabi Muhammad Saw. meneladani semua keistimewaan mereka itu. Ada beberapa sifat Nabi Muhammad yang ditekankan oleh Al-Quran, antara lain لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu umat manusia, serta sangat menginginkan kebaikan untuk kamu semua, lagi amat tinggi belas kasihannya serta penyayang terhadap orang-orang mukmin." QS Al-Taubah [9] 128. Begitu besar perhatiannya kepada umat manusia, sehingga hampir-hampir saja ia mencelakakan diri demi mengajak mereka beriman baca QS Syu'ara [26] 3. Begitu luas rahmat dan kasih sayang yang dibawanya, sehingga menyentuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk-makhluk tak bernyawa. لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ “Boleh jadi kamu Muhammad akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman.” QS Syu'ara [26] 3 Sebelum Eropa memperkenalkan Organisasi Pencinta Binatang, Nabi Muhammad telah mengajarkan, "Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang-binatang, kendarailah dan makanlah dengan baik." "Seorang wanita terjerumus ke dalam neraka karena seekor kucing yang dikurungnya." "Seorang wanita yang bergelimang dosa diampuni Tuhan karena memberi minum seekor anjing yang kehausan." Rahmat dan kasih sayang yang dicurahkannya sampai pula pada benda-benda tak bernyawa. Susu, gelas, cermin, tikar, perisai, pedang, dan sebagainya, semuanya beliau beri nama, seakan-akan benda-benda tak bernyawa itu mempunyai kepribadian yang membutuhkan uluran tangan, rahmat, kasih sayang, dan persahabatan. Diakui bahwa Muhammad diperintahkan Allah untuk menegaskan bahwa, قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا "Katakanlah Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." QS Al-Kahf [18] 110 Beliau adalah manusia seperti manusia yang lain dalam naluri, fungsi fisik, dan kebutuhannya, tetapi bukan dalam sifat-sifat dan keagungannya, karena beliau mendapat bimbingan Tuhan dan kedudukan istimewa di sisi-Nya, sedang yang lain tidak demikian. Seperti halnya permata adalah jenis batu yang sama jenisnya dengan batu yang di jalan, tetapi ia memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh batu-batu lain. Dalam bahasa tafsir Al-Qur'an, "Yang sama dengan manusia lain adalah basyariyah bukan pada insaniyah." Perhatikan bunyi firman tadi basyarun mitslukum bukan insan mitslukum. Atas dasar sifat-sifat yang agung dan menyeluruh itu, Allah menjadikan beliau sebagai teladan yang baik sekaligus sebagai syahid pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا "Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasul teladan yang baik bagi yang mengharapkan ridha Allah dan ganjaran di hari kemudian dan dia banyak menyebut Allah." QS Al-Ahzab [33] 2l. Keteladanan tersebut dapat dilakukan oleh setiap manusia, karena beliau telah memiliki segala sifat terpuji yang dapat dimiliki oleh manusia. Dalam konteks ini, Abbas Al-Aqqad, seorang pakar Muslim kontemporer menguraikan bahwa manusia dapat diklasifikasikan ke dalam empat tipe seniman, pemikir, pekerta, dan yang tekun beribadah. Sejarah hidup Nabi Muhammad membuktikan bahwa beliau menghimpun dan mencapai puncak keempat macam manusia tersebut. Karya-karyanya, ibadahnya, seni bahasa yang dikuasainya, serta pemikiran-pemikirannya sungguh mengagumkan setiap orang yang bersikap objektif. Karena itu pula seorang Muslim akan kagum berganda kepada beliau, sekali pada saat memandangnya melalui kacamata ilmu dan kemanusiaan, dan kedua kali pada saat memandangnya dengan kacamata iman dan agama. Banyak fungsi yang ditetapkan Allah bagi Nabi Muhammad antara lain sebagai syahid pembawa berita gembira dan pemberi peringatan QS Al-Fath [48] 8, yang pada akhirnya bermuara pada penyebarluasan rahmat bagi alam semesta. Di sini fungsi beliau sebagai syahid/syahid akan dijelaskan agak mendalam. Demikian itulah Kami jadikan kamu umat pertengahan, agar kamu menjadi saksi terhadap manusia, dan agar Rasul Muhammad menjadi saksi terhadap kamu ... QS Al-Baqarah [2] 143 Kata syahid/syahid antara lain berarti "menyaksikan," baik dengan pandangan mata maupun dengan pandangan hati pengetahuan. Ayat itu menjelaskan keberadaan umat Islam pada posisi tengah, agar mereka tidak hanyut pada pengaruh kebendaan, tidak pula mengantarkannya membubung tinggi ke alam ruhani sehingga tidak berpijak lagi di bumi. Mereka berada di antara keduanya posisi tengah, sehingga mereka dapat menjadi saksi dalam arti patron/teladan dan skala kebenaran bagi umat-umat yang lain, sedangkan Rasulullah yang juga berkedudukan sebagai syahid saksi adalah patron dan teladan bagi umat Islam. Kendati ada juga yang berpendapat bahwa kata tersebut berarti bahwa Nabi Muhammad akan menjadi saksi di hari kemudian terhadap umatnya dan umat-umat terdahulu, seperti bunyi firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Nisa' 4 41 فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ شَهِيدًا “Maka bagaimanakah halnya orang-orang kafir nanti apabila Kami menghadirkan seorang saksi dari tiap-tiap umat dan Kami hadirkan pula engkau hai Muhammad sebagai saksi atas mereka.” QS Al-Nisa, [4] 41. Tingkat syahadat persaksian hanya diraih oleh mereka yang menelusuri jalan lurus shirath al-mustaqim, sehingga mereka mampu menyaksikan yang tersirat di balik yang tersurat. Mereka yang menurut Ibnu Sina disebut "orang yang arif," mampu memandang rahasia Tuhan yang terbentang melalu qudrat-Nya. Tokoh dari segala saksi adalah Rasulullah SAW. Yang secara tegas di dalam ayat ini dinyatakan "diutus untuk menjadi syahid saksi." Editor Muchlsihon
Jakarta - Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wasallam adalah suri tauladan yang baik dalam berbagai hal. Termasuk dalam perbuatan atau SWT berfirman dalam QS. Al Ahzab ayat 21لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ - ٢١ Artinya "Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." QS. Al Ahzab 21Secara etimologi, akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari khuluq. Kata tersebut artinya perilaku dan tabiat manusia sejak lahir. Syaikh Mahmud Al-Mishri dalam Ensiklopedi Akhlak Rasulullah Jilid 1 mengatakan, Ar-Raghib memaknai Al khuluq sebagai kekuatan dan karakter yang ditemukan dengan mata surat Al Qalam ayat 4, Allah SWT berfirmanوَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ - ٤Artinya "Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur." QS. Al-Qalam 4Diriwayatkan dari Mujahid tentang firman Allah "berbudi pekerti yang luhur", ia berkata, "Yaitu agama." Sementara itu, dari Aisyah ra. ketika ditanya akhlak Rasulullah SAW, ia menjawab, "Akhlak beliau Al Quran." HR. Ahmad dan disahihkan oleh Al-Allamah Al-Albani dalam Shahih Al-Jami'Dikutip dari buku Ensiklopedi Akhlak Rasulullah Jilid 1 dan 2 oleh Syaikh Mahmud Al-Mishri, berikut akhlak Rasulullah SAW yang patut diteladani umat Islam1. IkhlasRasulullah SAW terkenal dengan keikhlasannya, terutama dalam beribadah. Al-Kafawi mendefinisikan ikhlas sebagai meniatkan ibadah sehingga hanya Allah semata yang disembah. Pendapat lain menyebutkan, ikhlas adalah membersihkan hati, ucapan, dan 3 hal yang harus dilakukan untuk bisa berbuat ikhlas. Pertama, buanglah sifat tamak. Kedua, jauhi sanjungan dan pujian. Ketiga, lakukan dengan teguh. Setelah ketiga hal tersebut dilakukan, maka akan keikhlasan akan umat Islam, sudah sepatutnya mencontoh keikhlasan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits hasan, Rasulullah SAW bersabda "Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal selain apa yang dilakukan secara ikhlas dan mengharap ridha-Nya." HR. An-Nasa'i.2. Yakin dan TawakalYakin dan tawakal adalah akhlak Rasulullah SAW yang patut dicontoh setiap umat Islam dalam menjalankan segala urusan. Baik urusan agama maupun urusan dunia. Bahkan, Allah SWT telah memerintahkan umat manusia untuk bertawakal رَجُلَانِ مِنَ الَّذِيْنَ يَخَافُوْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوْا عَلَيْهِمُ الْبَابَۚ فَاِذَا دَخَلْتُمُوْهُ فَاِنَّكُمْ غٰلِبُوْنَ ەۙ وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ - ٢٣Artinya "Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, "Serbulah mereka melalui pintu gerbang negeri itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman." QS. Al Maidah 23Dalam sebuah hadits yang berasal dari Umar bin Khaththab ra. Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh, seandainya kalian bertawakallah kepada Allah sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang." HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah3. JujurNabi Muhammad SAW memiliki sifat shidiq jujur. Kejujuran beliau sudah diasah sejak kecil, saat ikut berdagang bersama pamannya, Abu Thalib. Kejujuran adalah salah satu bukti keimanan seseorang. Kejujuran akan mengantarkan hidup menuju sebuah hadits yang berasal dari Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib meriwayatkan, "Aku menghafalkan sabda Rasulullah SAW, "Tinggalkanlah apa yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta menggelisahkannya." HR. At-Tirmidzi dan AhmadSetidaknya ada 3 macam kejujuran. Yaitu jujur dalam ucapan, jujur dalam perbuatan, dan jujur dalam AmanahAmanah adalah akhlak Rasulullah SAW yang paling menonjol. Beliau dikenal sebagai sosok yang jujur dan amanah terpercaya, baik sebelum diutus menjadi rasul maupun setelahnya. Hal itulah yang menjadikan masyarakat Arab memilih beliau untuk menjaga barang titipan Allah SWT telah menjadikan amanah sebagai sifat yang melekat pada setiap nabi. Dalam surat Al-An'am ayat 90 Dia berfirmanاُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ فَبِهُدٰىهُمُ اقْتَدِهْۗArtinya "Mereka itulah para nabi yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka." QS. Al-An'am 90Merujuk pada ayat di atas, Allah SWT telah memerintahkan kepada seluruh manusia untuk mengikuti jejak para nabi. Untuk itu, sebagai umat Islam, sudah sepatutnya bersungguh-sungguh dalam menunaikan amanah yang telah dititipkan Allah dan mengikhlaskan niat karena Allah Murah Senyum dan Selalu CeriaRasulullah SAW adalah sosok yang murah senyum dan selalu ceria. Beliau juga selalu mengeluarkan perkataan yang baik. Dalam sebuah hadits, disebutkan bahwa perkataan yang baik akan menaikkan derajat di SAW bersabda "Dan yang termasuk mengangkat derajat adalah perkataan yang baik, menyebarkan salam, memberi makanan, sholat malam saat manusia dalam keadaan tidur." HR. Ahmad dan disahihkan oleh Al-Allamah Al-Albani dalam Shahih Al-Jami'Orang yang memiliki senyuman hangat, berkata baik, dan selalu ceria adalah orang yang akan selalu dirindukan dan sangat buah dari bermuka ceria adalah menumbuhkan kecintaan terhadap sesama kaum muslimin, menumbuhkan kenyamanan saat bertemu sesama muslim, mendapat ridha dari Allah SWT, dan mengikuti Rasulullah hikmah, meneladani akhlak Rasulullah SAW merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada beliau. Akhlak terpuji adalah cara paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. erd/erd
Akhlak Terpuji Kepada Allah dan Rasulullah – Di berbagai tempat dan kesempatan, seringkali terdengar di telinga ajakan untuk memperbaiki akhlak. Akhlak sering disebut sebagai suatu perkara yang menjadi titik penilaian seorang manusia. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim yang beriman sangat ditegaskan agar kita memiliki ahklak yang terpuji kepada diri sendiri, orang lain, terutama akhlak terpuji kepada Allah dan Rasul-Nya. Lantas apa yang dimaksud dengan akhlak terpuji itu sebenarnya? Secara singkat, akhlak terpuji adalah tingkah laku seseorang yang didasari oleh kesadaran untuk atau dalam melakukan suatu akhlak kepada Allah adalah satu sikap atau tindakan yang dilakukan hamba sebagai makhluk kepada Sang Khalik Allah SWT. Kenapa manusia harus memiliki akhlak terpuji kepada Allah SWT dan Rasulullah, selain akhlak terpuji kepada sesama? Apa saja contoh akhlak terpuji kepada Allah dan Rasulullah? Simak ulasan kami berikut IsiAkhlak Terpuji Kepada Allah Dan RasulullahContoh Akhlak Terpuji Kepada Allah1. Melaksanakan Ibadah Wajib2. Dzikir3. Berdo’a kepada Allah4. Tawakal5. TawadukAkhlak Terpuji Kepada Rasulullah1. Menjalankan Sunnah Nabi SAW2. Taat kepada kepada Rasulullah SAW3. Membaca Shalawat Untuk Nabi SAW4. Mencintai Keluarga dan Sahabat Rasulullah SAWAkhlak Terpuji Kepada Allah Dan RasulullahUntuk menjawab beberapa pertanyaan di poin sebelumnya. Berikut ini adalah empat alasan mengapa seorang makhluk terutama manusia harus memiliki akhlak terpuji kepada Allah Allah Yang Maha PenciptaAlasan pertama adalah karena, Allah-lah yang menciptakan manusia. Maka, tak ada alasan bagi seorang hamba untuk durhakan dan tidak memiliki akhlak terpuji kepada pencipta-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat adz-Dzariyat ayat ke 56 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ“Dan tak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah-Ku.”2. Allah Yang Maha MemberiTak hanya menciptakan manusia, Allah juga telah memberikan apa saja yang manusia butuhkan. Bahkan, tanpa harus kita minta dahulu. Contohnya adalah, alat panca indera yang kita miliki dan kita gunakan hingga saat ini. Seperti yang telah difirmankan-Nya di surat an-Nahl ayat 78 وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.“3. Allah Yang Maha MemudahkanTak pernahkan kita berfikir bahwa semua kemudahan-kemudahan yang kita rasakan dalam hidup adalah berkah permberian dari Allah SWT. Dia-lah Yang Maha Memudahkan hingga kita bisa hidup berkecukupan sampai saat ini. Di-lah yang menciptakan udara hingga kita bisa mudah untuk bernafas. Dia yang menciptakan air yang berlimpah hingga kita bisa mudah memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Dan masih banyak yang Firman Allah di surat Al-Jatsiyah ayat 12 – 13 adsbygoogle = [].push{};اللَّهُ الَّذِي سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ“Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.” QS. Al-Jatsiyah12وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, sebagai rahmat daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” QS. Al-Jatsiyah134. Allah Yang Maha MemuliakanAllah juga lah yang memberikan kemulian kepada hamba-Nya manusia, hingga manusia disebut sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Hal itu bisa ketahui dari firman Allah dalam surat Al-Israa’ ayat 70 وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. “Dan masih banyak lagi alasaan lainnya yang mengharuskan kita memiliki akhlak terpuji kepada Allah SWT. Lantas bagaimana contoh akhlak terpuji kepada Allah yang bisa kita lakukan di kehidupan sehari-hari? Simak berikut Akhlak Terpuji Kepada Allah1. Melaksanakan Ibadah WajibSebagai seorang hamba manusia yang taat kepada Rabb-Nya, salah satu cotoh akhlak terpuji kepada Allah adalah dengan menjalankan perintah-Nya. Termasuk menjalankan ibadah yang telah diwajibkan. Taat dalam beribadah ini sebagai dasar akhlak terpuji kepada Allah dan bukti ketundukan seorang hamba kepada DzikirBerdizikir atau mengingat Allah SWT dengan menyebut nama-Nya adalah bentuk totalitas penghambaan. Aktivitas ini juga termasuk salah satu akhlak terpuji kepada Allah. Selain itu, banyak manfaat yang akan kita rasakan dengan mendawamkan dzikir. Yang paling utama dari hikmah berdzikir adalah mendekatkan diri kepada Allah.adsbygoogle = [].push{};3. Berdo’a kepada AllahDo’a dalam arti yang sederhana adalah memohon. Memohon kepada Allah SWT atas segala sesuatu yang diinginkan. Terutama berdo’a agar Allah senantiasa memberikan Ridhla kepada kita, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan berdo’a secara tak langsung manusia telah mengakui akan eterbatasannya, dan menyandarkan segala sesuatunya kepada Yang Maha Kuasa. Allah SWT sangat menyukai hamba-Nya yang senantiasa berdo’a kepada-Nya. Bahkan bagi mereka yang tak pernah berdo’a, Allah menyebutnya sebagai orang yang sombong. Sedangkan sombong adalah sikap yang paling dibenci oleh Allah TawakalTawakal adalah berserah diri, atau pasrah. Ya! Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui akan segala sesuatu hal terkait dengan makhluk-Nya. Berserah diri adalah adab atau akhlak terpuji kepada Allah yang harus dilakukan oleh seorang hamba. Mengingat bahwa kita tak memiliki daya dan kekuatan apa-apa kecuali dari Allah TawadukRendah hati atau tidak menyombongkan diri. Seprti yang telah kita singgung sebelumnya, sombong adalah sikap tercela yang dibenci Allah SWT. Sedangkan manusia adalah makhluk yang rendah dibandingkan dengan Allah Yang Maha Perkasa, Maka, tak ada satupun alasan bagi kita untuk menyombongkan diri dihadapan Allah Azza wa Terpuji Kepada Rasulullah1. Menjalankan Sunnah Nabi SAWMelestarikan atau menjalankan sunnah Nabi SAW adalah contoh akhlak terpuji kepada Rasulullah. Sunnah sendiri adalah ucapan atau perbuatan yang dilakukan Rasulullah semasa Taat kepada kepada Rasulullah SAWRasulullah adalah utusan Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia di seluruh muka bumi. Maka, taat kepada Rasulullah SAW adalah sama dengan taat kepada perintah Allah Membaca Shalawat Untuk Nabi SAWShalawat merupakan bentuk jamak alat yang artinya doa. Membaca shalawat adalah menco’akan Nabi SAW agar senantiasa mendapat limpahan berkah dari Allah SAW. memperbanyak baca shalawat juga merupakan salah satu bukti tanda cinta kepada Rasulullah SAW dan akhlak terpuji kepada Rasulullah Mencintai Keluarga dan Sahabat Rasulullah SAWSebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan dalam sebuah hadits عن أبي سَعِيْد الخُذْرِي قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إنَّنِيْ تَارِكٌ فِيْكُمُ الثَّقَلَيْنِ كِتَابَ اللهِ وَعِتْرَتِي أهْلُ بَيْتِيْ. رواه الترمذي“Dari Abi Said al-Khudri ia berkata, Rasululla SAW bersabda, “Sesungguhnya aku tinggalkan untuk kalian dua wasiat, Kitabullah Al-Qur’an dan keluargaku.” HR at-TirmidziSedangkan perintah Nabi SAW untuk mencintai sahabatnya, juga diabadikan dalam hadits dari riwayat Abu Hurairah Ra. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda لَا تَسُبُّوْا أصْحَابِي لَا تَسُبُّوْا أصْحَابِي فَوَ الّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ أنَّ أحَدَكُمْ أنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أدْرَكَ مُدَّ أحَدِهِمْ وَلَا تَصِيْفَه“Janganlah kalian mencaci para sahabat, janganlah kalian mencaci sahabatku! Demi Dzat Yang Menguasaiku, andaikata salah satu diantara kalian menafkahkan emas sebesar gunung Uhud, maka pahala nafkah itu tidak akan menyamai pahala satu mud atau setengahnya dari nafkah mereka.” HR Muslim.
akhlak terhadap allah dan rasul